Belajar mengubah sikap

Bayangkan kalau kita tidak berubah! Tidak ada lagi yang menarik dalam hidup kita. Sepertinya kita tidak juga memiliki tantangan dalam kehidupan kita. Satu hal yang membahagiakan di kehidupan ini adalah ketika kita mampu berjuang menghadapi perubahan-perubahan dalam bentuk apapun.

Sebagai pribadi kita tahu apa yang kita mau. Namun kita merasa sulit untuk mengetahui jalan pikiran atau kemauan orang lain. Lebih sering kita merasa yang paling benar, sementara orang lain selalu dalam posisi yang keliru. Ini yang menimbulkan konflik. Tidak bisa memahami orang lain berarti juga kita tidak bisa berempati kepada mereka. Bagi mereka yang masih tinggi egoisme dalam dirinya, orang lain selalu bukan yang nomor satu dalam pemikiran mereka. Pertimbangannya adalah apa yang menguntungkan mereka, bukan apa yang memberikan keuntungan bersama. Kamus kepentingan bersama rasanya belum tertulis lengkap pada diri mereka.

Apakah anda memilki sikap demikian? Kalau benar, anda juga termasuk orang yang egois. Anda juga akan mudah tersinggung apabila orang lain tidak mau memperhatikan kepentingan anda. Asalkan orang lain belum menunjukkan sikap peduli terhadap keberadaan kita, maka sikap kita juga akan menentang habis-habisan terhadap semua yang ditawarkan kepada kita. Sayang ya kita hanya menginginkan orang lain bersikap baik kepada kita? Padahal kita belum begitu menyadari tentang sikap-sikap sendiri. Kita juga tidak pernah tahu bagaimana orang lain telah menilai sikap kita selama ini. Inilah keadaan yang disebut ‘jeruk makan jeruk’. Orang egois bertemu dengan sikap egois atau lingkungan sosial yang egois. Egoisme bisa mempengaruhi sikap individu maupun sikap umum.

Kondisi seperti inilah yang umum terjadi. Terutama sekali bila kita berada di dalam sebuah lingkungan sosial yang memiliki ciri tingkat emosional tinggi. Mereka yang merasa memiliki power akan berbuat semaunya agar diakui oleh kebanyakan orang. Mereka yang tidak memiliki power atau jaringan pertemanan yang kuat harus berani mengalah. Apabila kita sendiri salah memilih sikap, kita juga akan tergilas oleh roda egoisme ini. Secara bijaksana kita harus berani belajar mengubah sikap kita.

Bergaul dengan kelompok masyarakat sekecil apapun akan meninggalkan bekas-bekas konflik yang tidak bisa tidak akan selalu mempengaruhi jalan hidup kita di kemudian hari. Bisa jadi kita berada di pihak yang berkuasa lantaran harta, jabatan maupun pengaruh. Tidak dipungkiri juga kita berada dalam posisi terjepit dan tidak berdaya untuk menentukan skap hidup kita sendiri. Di posisi manapun kita berada, adalah kewajiban kita untuk selelau mawas diri dan belajar berubah.

Sikap yang akan kita pilih?

Advertisement

Author: Secangkir Kopi

Aku? Tidak ada bedanya dengan orang lainnya. Aku manusia dedel kata temanku.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: