Inilah malam pertama menjelang puasa pertama hari esok. Aku lihat tampilan tanggal sisi pojok bawah layar laptop tertulis 5 Mei 2019. Aku mencoba menengok lagi blog di wordpress yang lama tidak aku sentuh. Sengaja tidak sengaja, aku lakukan ini. Aku tidak meminta maaf kepada wordpress atau kepada blog yang aku miliki ini. Bah, ternyata aku sudah sampai hitungan tahun ketiga dan sekarang adalah ramadhan ketiga juga. Tiga tahun yang aku jalani tanpa makna, tanpa harga diri dan tanpa percaya kalau ini benar-benar terjadi dalam hidupku.
Kamu masih waras? Mengapa kamu harus berkeluh kesah dan kamu tuliskan sendiri media yang nantinya akan dibaca oleh banyak orang? Kenapa tidak kamu nikmati atau rasakan sedniri saja? Seberat apapun, pendam dan kuburkan dalam-dalam. Nasehat itu lagi yang muncul. Serbuan protes sekaligus nasehat itu muncul di kepala, balik ke dalam hati dan berputar melayang ke kepala lagi.
Aku akan terus melawan ego yang ada di dalam genggamanku. Tidak ada yang menghasut untuk masalah perlawanan ini. Memang aku sendiri yang memutuskannya. Keberanian untuk melawan itu merupakan satu hasil ramadhan dari tahun ke tahun. Dia guru yang baik, dan bahkan terlalu baik untuk akau yang sudah melakukan metamorfosa diri.
Untuk apa ramadhan datang kalau bukan untuk menjadi guru bagi aku, seorang murid yang nakalnya luar biasa ini? Seorang figur guru yang tidak ada bandingan, kalau aku mau mencarinya sekalipun. Terlalu banyak kata-kata dan perbuatan yang aku lakukan, terarah menyimpang dari garis kebenaran. Ramadhan datang lagi dan lagi membenahi.
Katanya, “Berpuasalah mulai besok. Tidak makan, tidak minum dan tidak bermain cinta meski dengan pasangan sah. Tahan semua pada waktu-waktu yang ditetapkan. Setelah berbuka, kamu bebas lagi menikmati apa yang dihalalkan oleh Allah.” Aturan sederhana dulu untuk mengawalinya. Akal sehat yang digunakan untuk menjalani ibadah puasa ini. Orangnya juga harus cukup dewasa untuk mengetahui mana yang baik dan mana yang tidak baik. Inti pelajarannya adalah mengendalikan diri, menahan hawa nafsu.
Siapa sebenarnya yang memberikan kewajiban puasa ini? Semua orang tahu! Tidak ada tuhan yang pantas dipatuhi aturannya kecuali Allah. Murni, pengabdian hidup manusia hanya untuk berserah diri kepada Allah. Seluruh kekuasaan yang ada di langit dan bumi ini tunduk kepada kekuasaan tunggal yang dikuasai Allah. Camkanlah nilai keyakinan ini di dalam hati, pikiran dan perbuatan. Tujuan utama dari puasa adalah agar kamu lebih kuat ketakwaannya.
Percayalah, banyak sekali perbuatan maksiat yang terjadi di kehidupan manusia. Aku juga manusia. Tak ada manusia yang bersih tanpa dosa dan maksiat. Semuanya sudah diketahui oleh Dzat yang tinggi kekuasaannya. Malaikat pun memiliki catatan yang sangat akurat. Ramadhan adalah waktu yang sangat mulia untuk digunakan merefleksi diri. Jadilah manusia yang semakin bertakwa.
Bojonegoro, 5 Mei 2019