Apa Artinya Seragam!

Pernah teringat dengan sebuah adegan pada novel “Julius Caesar” karya Shakespeare yang terkenal itu. Saya tidak membaca banyak. Tetapi adegan pertama ketika seorang prajurit istana yang menginterogasi sekelompok orang yang tidak berseragam berkerumun di sekitar pasar. Heboh dan seru ceritanya. Begitulah kalau orang yang punya aturan ngobrol dengan orang yang tidak usah memakai aturan, yang kalau di daerah saya, Bojonegoro disebut “nyamin!, maklum karena begitulah budaya orang Samin.”

credited from https://www.pdfdrive.com/julius-caesar-e18877698.html

Kalau mengerti bahasa Inggris, saya rasa tak perlu saya menerjemahkan. Intinya, saya mencoba mengingat peristiwa pagi tadi, yaitu ketika istri saya menanyakan kenapa saya tidak memakai seragam. “Kenapa seragamnya tidak dipakai sekalian?” Saya diam saja. Tetapi tak lama kemudian saya menjawab, “Kalau saya masih tetap menjadi ‘guru’ mungkin saya pakai sekarang. Saya kuatir nanti dianggap ‘guru’ sama orang-orang.” Jadi saya masih saja ingat dan berasa tidak nyaman dengan status kerja sekarang. Pernah jadi guru, dilepas statusnya dan dialihkan menjadi JFU yang bukan guru. Terasa sakitnya.

Dari situlah saya teringat dengan dialog orang-orang tempo dulu. Mereka, ternyata sudah meributkan persoalan baju seragam sebagai ciri status kerja yang dijalani. Tidak memakai seragam bisa saja dibilang: bodoh, malas atau pengangguran. Sakit tidak? Bagi mereka yang tahu, ya biasa-biasa saja. Tidak ada masalah yang perlu diributkan sampai harus merasa sakit hati segala.

Tetapi dalam urusan sosial sungguh berbeda permasalahannya. Masyarakat umum tidak pernah peduli dengan urusan perasaan. Mereka hanya mengenal dengan aturan dan norma susila, dimana orang yang tidak mengindahkan akan dikenai sanksi sosial–minimal dengan cemoohan. Kalau hukum sosial sudah diterapkan, kita yang akan merasakan beratnya.

Balik lagi ke masalah bisik-bisik saya dengan istri di pagi ini. Saya memang merasa tidak ngeh kalau terlalu ketat menerapkan tatanan sosial, khususnya untuk masalah seragam. Menjadi guru dan dianggap guru adalah persoalan yang berbeda. Saya tidak mau hanya dianggap guru. Apalagi hanya karena saya memakai seragam seperti seragam guru!

MTs Negeri 5 Bojonegoro, 23 Nopember 2020

Advertisement

Author: Secangkir Kopi

Aku? Tidak ada bedanya dengan orang lainnya. Aku manusia dedel kata temanku.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: