Sudah berapa lama tidak mengajar di sekolah? Kenapa harus keluar dari situ kalau kamu memang tak suka? Itulah dua pertanyaan yang sering muncul dan ditanyakan kepadanya.
Bukan karena dia memang bersalah atau justru tidak bisa menjelaskan secara terbuka. Bukan dua-duanya. Dia sudah sering menceritakan kejadian-kejadiannya dengan runtut, mulai dari awal sampai akhir sehingga dia pun terpaksa meninggalkan tugasnya sebagai guru. Kepada siapa saja dia akan mengungkapkan fitnah serta ketidakadilan yang dia alami. Terlalu sering. Dan dia putuskan berhenti mengumbar kata-kata secara lisan. Cukup, katanya. Ini bukan gayanya lagi. Dia tidak mau lagi menjadi sakit hatinya melepuh dan menjadi borok.
Tahun 2016 adalah awal penistaan jati diri guru. Dia berstatus guru bahasa Inggris di sekolahnya. Waktu itu orang yang meniti karir mulai dari staff administrasi memimpin sekolah. Dia bukan pimpinan yang disukai anak buahnya karena sikapnya yang arogan dan suka memaksakan kehendak.