Ketika dikatakan “Wa kuntum kaum buuro.”

Sebenarnya nyesek juga perasaan hati. Aku tidak bolehkan menjalani amal kebaikan yang biasa dilakukan oleh guru-guru di sekolah atau madrasah. Pandangan sinis plus sengir ditujukan kepadaku kalau ada orang yang berani mendekati. Pangalaman ketika aku datang ke sebuah pesta pernikahan di Lamongan, ada seseorang yang menatap dengan tatapan mata bergaya seperti penyelidik persis ketika dia mengajak ngobrol. Aku tak ambil pusing. Namun, peristiwa demi peristiwa semacam itu cukup berkesan di dalam benakku. Aku tak bisa lupa. Ada beberapa orang yang merasa dekat dengan aku pun berani berkata-kata kasar dan tak pantas oleh orang-orang yang ‘semestinya’ sudah terdidik. Kini aku berada dalam kondisi sulit, meskipun aku juga tidak terlalu peduli.

Advertisement

Author: nugrohokhoironi

Pembelajar hidup yang tak boleh berhenti, apapun jadinya. Perjalanan ini masih sangat dan tak akan pernah mencapai tujuan yang ditetapkan kalau hanya ditempuh dengan keluh kesah dan putus harapan.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: