Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. mereka Itulah orang-orang yang fasik. (Al-Hasyr 18)
Adalah manusia, makhluk yang diciptakan dengan penuh salah. Ini cukup manusiawi. Dzat yang tidak pernah salah dan memiliki sifat kurang hanya Allah. Itulah perbedaan yang nyata dan sangat perlu dijadikan pelajaran dalam menjalni hidup di dunia. Sayangnya, sifat lupa selalu melekat pada diri manusia. Hanya rahmat dan hidayah Allah yang menyelamatkan manusia dari kebinasaan.
Nasehat ini yang diulas oleh khotib Jum’at ini. Aku menyimak betul, apa yang membuat orang lupa kepada Allah padahal Dia adalah tuhan menciptakannya dan menciptakan seluruh alam semesta. Mereka dihinggapi sebuah penyakit hati yang berat–sombong. Inilah yang membuat iblis melanggar perintah Allah ketika diminta untuk menghormat kepada Nabi Adam. Merasa lebih baik dari makhluk lain yang sama-sama diciptakan Allah adalah satu pertanda kesombongan diri. Akibatnya sungguh berat, iblis dilaknat Allah sepanjang jaman dan kelak tempatnya hanya di neraka. Orang yang sombong tidak akan mencium baunya surga.
Lupa kepada Allah sama artinya mau melihat asal-usulnya. Karena paras yang rupawan, banyak manusia yang melupakan nikmat ketampanan berasal dari Allah. Dia tidak bersyukur. Lain lagi yang mendapat nikmat kekayaan, dia hanya menganggap bahwa semua hartanya bermula dari kerja kerasnya saja. Hidupnya hanya dicurahkan untuk urusan harta kekayaannya. Mereka yang menduduki jabatan bisa terlena dan melupakan Allah yang paling berkuasa atas segala sesuatu. Dan, sekian banyak lagi cara yang membuat manusia lupa kepada diri sendiri.
Melupakan Allah adalah suatu perbuatan orang-orang yang fasik. Mereka adalah orang yang berbuat kesalahan dan terus mengulanginya. Mereka selalu melanggar nasehat apapun yang diberikan. Mereka tidak mau memahami ayat-ayat Allah, kalaupun tahu tidak mau menjalaninya. Jalan hidup mereka tidak berpedoman Al-Qur’an dan Hadits.
Peringatan agar tidak bersikap seperti melupakan Allah ternyata ditujukan kepada orang-orang beriman. Sebagai orang beriman kita dilarang untuk meniru sikap, perasaan, pikiran dan jalan hidup yang ditempuh oleh orang-orang fasik. Orang beriman tentu saja harus berbeda dengan mereka yang selalu bersikap permisif dan menghalalkan segala cara untuk mencari kesenangan diri sendiri. Contoh dalam kenyataan hidup sekarang sudah sangat banyak. Ada orang yang berani membayar berapa pun asal mendapat jabatan yang diinginkan. Nafsunya diperturutkan. Apakah dia ingat bahwa hal ini tidak dibenarkan agama?
Lupa dengan akhirat membuat mereka hanya menjalankan hidup untuk urusan duniawi.