Salah satu dari obsesi saya di antaranya adalah menggali informasi yang terkait dengan ‘sekolah efektif’. Hal ini terbawa dari sebuah tantangan nyata yang ada di sekolah tempat saya mengajar. Usaha-usaha yang saya lakukan untuk memuaskan kehausan intelektual saya terhadap konsep sekolah efektif disebabkan oleh:
- Pengamatan terhadap kualitas manajemen sekolah tempat saya mengajar. Meski kebetulan hanya sebagai guru biasa, saya melihat sistem birokrasi dengan sengaja membiarkan terjadinya proses rekrutmen pimpinan sekolah yang ‘salah’, yang terkesan asal comot, dan membuat saya tidak habis pikir. Kondisi semacam ini membuat banyak ilmu yang didapatkan dari dunia akademik seperti tidak berarti sama sekali. Dilihat dari proses perekrutan saja, bisa dipastikan bahwa kualitas manajemen sekolah kurang bisa dijadikan jaminan kinerja sekolah yang efektif.
- Berbagai peranan di sistem manajemen sekolah termasuk komite sekolah, kepala sekolah, guru dan pengawas dirasakan sekedar jalan di tempat. Berbagai unsur stakeholders sekolah sering menjalankan tugas mereka masing-masing pada batas standar minimalnya. Dari pengamatan sederhana, yang paling dirasakan kurang adalah sistem komunikasi yang sangat terbatas dan kurang mewadahi aspirasi dari unsur-unsur yang semestinya saling menguatkan.
Sedikit jawaban yang saya peroleh terdapat pada penelitian dari Berta Widyastuti yang melakukan penelitian “Budaya Kerja Sekolah Efektif Dalam Konteks Manajemen Berbasis Sekolah” Dari penelitian itu sendiri, masalah yang saya utarakan di atas memiliki kesamaan seperti:
Permasalahan yang terjadi di lapangan pada umumnya masih banyak sekolah yang belum memahami betul konsep dari MBS bahkan masih ada stakeholder yang belum melaksanakan peran dan fungsinya secara baik, faktor sosial ekonomi, budaya lama (sentralistik) yang masih melekat disetiap sekolah yang berdampak terhadap rendahnya kreatifitas dan keinovatifan, kemampuan manajerial kepala sekolah dan profesionalisme guru yang masih kurang.