Selamanya ujian sekolah atau ujian nasional ada satu ketentuan bahwa semua siswa mengerjakan lembar kerja secara mandiri. Tidak ada aturan yang memberi kemudahan kepada siswa untuk meminta bantuan dari siapapun pada saat ujian berlangsung. Kalau ada siswa atau peserta ujian melihat hasil pekerjaan temannya dan juga melihat catatan pelajaran maka guru pengawas akan segera menegur baik dengan keras maupun lunak. Aturan ini sepertinya sudah baku baik secara formal atau normatif. Mereka yang hanya meminta dan mengandalkan bantuan orang lain kemungkinan bisa dikeluarkan dari ruang ujian tanpa kompromi lagi.
Budaya ketatnya pengawasan ujian seperti di atas ternyata sudah menjadi luntur. Maraknya perjokian untuk mendapatkan nilai baik dan lulus ujian menjadi sebuah fenomena yang tidak segera dituntaskan atau dibuang dari dunia pendidikan. Kesalahan ini bermula dari kelonggaran pada suatu kasus dan kemudian berkembang menjadi budaya yang melekat sampai sekarang. Sementara itu, “jujur” dikatakan sebagai syarat mutlak untuk memperbaiki mutu pendidikan.
Berita tentang ketidaklulusan peserta ujian nasional tahun 2009 menjadi bukti sekaligus tamparan bagi dunia pendidikan. Kepala sekolah berurusan dengan kasus perjokian ujian nasional dan telah membuat seluruh siswanya tidak lulus ujian. Berita ketidakjujuran lain mungkin banyak yang belum terungkap hingga akhirnya pelaksanaan ujian Paket C menjadi alternatif bagi siswa yang tidak lulus. Dengan menempuh ujian Paket C, hambatan untuk melanjutkan program pendidikan bagi siswa segera bisa teratasi.
Dari beberapa ungkapan ketika membicarakan ketidaklulusan siswa muncul juga pernyataan seperti: “Kalau sistemnya jujur kemungkinan lebih banyak lagi yang tidak lulus ujian nasional.” Sistem apa? Di mana? Sudah bukan rahasia lagi kalau ternyata yang tidak lulus ujian nasional termasuk anak-anak yang berprestasi dan memiliki nilai harian yang bagus. Sedangkan sebagian dari yang lulus, bahkan dengan nilai yang fantastis, adalah mereka yang terbilang bandel dan susah diajak belajar.
Apakah siswa tidak lulus ujian karena faktor kejujuran yang diberlakukan oleh pengawas? Siswa mengeluh karena harus duduk di muka. Siswa berdalih bahwa guru pengawasnya tidak membiarkan mereka bertanya atau menoleh kepada teman-teman di sebelahnya. Mereka merasa terpaksa harus berusaha untuk mengerjakan soal-soal ujian secara mandiri. Dengan ini maka pengawas yang disalahkan.